Gigi Berlubang.?
Senin, 17 Desember 2018
toolsehatku-Apakah ada gigi Anda yang berlubang? Atau malah sudah pernah mencicipi sakit gigi, ngilu, nyut-nyutan dan mahkota gigi sudah keropos dan tidak utuh lagi. Lantas tindakan apa yang dilakukan, minum obat, atau tempelkan koyo di pipi, berobat ke dokter gigi atau malah dibiarkan saja sampai rasa sakit hilang dengan sendirinya?
Kalau gigi sudah berlubang besar, apalagi jikalau sudah pernah sakit dan mengganggu, sebagian besar orang mungkin akan berpikir persoalan akan selesai. Terutama, tiba ke dokter gigi dan meminta semoga gigi tersebut dicabut saja. Atau, bila sudah tidak sakit lagi dibiarkan saja. Terlebih, tidak ada keluhan apa-apa, berarti gigi tersebut sudah sembuh. Namun bersama-sama tidak demikian.
Gigi yang berlubang akan menjadikan sakit berdenyut jikalau sudah mencapai ruang pulpa yang isinya ialah jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila tidak dirawat, infeksi sanggup menyebar ke jaringan di bawah gigi dan menjadikan abses. Abses berisi nanah, dan menimbulkan pembengkakan di gusi. Pada kasus-kasus tertentu bisul ini sanggup besar sekali sampai pipi menjadi bengkak. Gigi yang sedang sakit dan mengalami bisul dihentikan pribadi dicabut karena infeksi yang terjadi sedang dalam fase akut. Rasa sakit dan bisul harus diredakan dulu, dengan minum obat antibiotik sesuai resep dokter.
Minum obat penghilang rasa sakit yang sanggup dibeli dengan gampang di toko obat atau apotek mungkin ampuh untuk mengusir rasa sakit yang menyiksa. Namun tidak menghilangkan infeksi yang terjadi pada gigi penyebab. Suatu dikala rasa sakit mungkin akan timbul lagi, selama gigi penyebab tidak dirawat dengan tuntas.
Gigi berlubang yang sudah pernah sakit berdenyut impulsif kemudian dibiarkan tidak dirawat kemudian rasa sakit itu hilang, besar kemungkinan syaraf gigi sudah mati. Dengan kata lain, infeksi gigi sudah mencapai kawasan di ujung akar dan menimbulkan abses. Pencabutan ialah pilihan perawatan yang terakhir. Apalagi, bila tindakan konservatif dan preservatif sudah tidak sanggup lagi dilakukan.
Cabut Gigi Selesaikan Masalah?
Adakah kerugian bila satu gigi yang hilang karena dicabut? Toh, masih sanggup makan. Senyum juga masih oke, yang hilang kan gigi belakang. Atau akar gigi yang masih tersisa dibiarkan saja, selama tidak sakit dan tidak ada keluhan berarti tak masalah. Boleh jadi, demikian pikiran sebagian besar orang. Bagaimana yang sesungguhnya?
Ambil pola gigi yang dicabut ialah salah satu gigi geraham bawah. Seiring waktu, gigi antagonisnya (gigi geraham atas) sanggup turun dan memanjang karena gigi lawannya tidak ada. Gaya kunyah kita menimbulkan gigi cenderung semakin maju seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya posisi gigi tidak selalu tetap.
Mungkin pula posisi gigi dikala seseorang mencapai usia bau tanah mengalami perubahan bila dibandingkan sewaktu muda. Gigi di sebelah gigi yang dicabut juga sanggup berubah posisi, yaitu miring ke arah gigi yang hilang. Awalnya, mungkin dampaknya tidak akan terlalu terasa. Namun kondisi ini akan mengganggu fungsi kunyah dan pada beberapa kasus yang berat sanggup menimbulkan perubahan posisi gigi-gigi lain sampai ketidaknyamanan pada sendi rahang.
Karena ada gigi yang hilang, biasanya mengunyah pada sisi tersebut jadi tak nyaman. Akibatnya mengunyah hanya pada satu sisi saja. Padahal hal tersebut merugikan karena sisi yang tidak digunakan mengunyah justru lebih kotor daripada sisi yang digunakan untuk mengunyah. Ini karena fatwa air liur di sisi tersebut lebih sedikit.
Pengunyahan akan menstimulasi keluarnya air liur. Keberadaan air liur sangat penting, salah satu fungsinya ialah untuk membilas kotoran dan sisa makanan. Karakteristik orang yang mengunyah satu sisi ialah karang gigi yang terbentuk lebih banyak pada sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah.
Perawatan Saluran Akar
Lubang gigi yang sudah mencapai pulpa tidak lagi sanggup sekadar ditutup dengan materi tambal. Sebelumnya, harus dilakukan perawatan kanal akar (endodontic treatment ataupun root canal treatment). Saluran akar harus dibersihkan semoga steril dan bebas dari infeksi kuman. Lalu, kanal akar tersebut diisi dengan materi pengisi kanal akar semoga mencegah kontaminasi bakteri.
Setelah melewati beberapa hari dan dikala pasien tiba untuk kontrol tidak ada keluhan, lubang yang menganga pada gigi tersebut ditutup dengan restorasi. Ada beberapa jenis restorasi yang sanggup dipilih, bergantung pada kondisi gigi. Mahkota yang dinding-dinding tegaknya masih utuh sanggup dibuatkan tambalan dengan logam tuang yang dikerjakan di laboratorium, atau mahkota tiruan bila sudah banyak jaringan mahkota gigi yang hilang.
Memang perawatan ini memerlukan kesabaran baik dari dokter gigi maupun pasien. Sebab, biasanya penyelesaiannya membutuhkan lebih dari satu kali kunjungan. Biayanya pun tidak kecil. Namun setidaknya sanggup memperpanjang usia gigi tersebut berada dalam mulut.
Kesimpulannya, keputusan untuk menjawab pertanyaan yang menjadi judul dari artikel ini ada di tangan Anda.(ANS)