Antar Mitos Dan Fakta Gigi Berlubang
Minggu, 16 Desember 2018
toolsehatku-APAKAH Anda selalu menghindari lemon lantaran takut kandungan asamnya merusak gigi? Atau, Anda sangat membatasi konsumsi gula lantaran takut gigi berlubang? Hal ini tidak sepenuhnya benar, namun umumnya sangat diyakini di tengah-tengah masyarakat. Untuk membantu Anda mendapat pemahaman yang tepat, berikut beberapa mitos dan faktar seputar gigi berlubang berdasarkan Kimberly A. Harms, DDS, seorang consumer advisor American Dental Association.
1. Gula merupakan penyebab utama gigi berlubang
Mitos dan fakta. Gigi berlubang disebabkan oleh asam yang diproduksi oleh basil di dalam mulut. Bakteri akan mengonsumsi karbohidrat, yang salah satunya ialah gula. Makanan lain menyerupai beras, kentang, roti, buah-buahan dan sayuran juga termasuk karbohidrat. Saat Anda mengonsumsi masakan ini, basil akan aktif dan memproduksi asam yang bersifat melubangi gigi.
"Begitu terbentuk lubang kecil, maka basil akan memiliki kawasan kondusif yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi," jelas Harm. Bakteri ini akan terus mengolah karbohidrat, menghasilkan asam, sehingga lubang di gigi semakin melebar.
Apakah konsumsi karbohidrat harus dikurangi? Menurut Harm, bukan jumlahnya tetapi usang paparan yang mensugesti kerusakan gigi. Jika Anda makan banyak karbohidrat ketika makan siang, itu hanyalah satu paparan besar. Tapi, kalau Anda terus-terusan minum minuman bergula sepanjang hari, maka dikatakan paparan berkelanjutan."Dan ini jauh lebih membahayakan kesehatan gigi."
2. Terpapar masakan asam menyerupai lemon dapat merusak gigi
Fakta. Makanan asam menyerupai lemon, jeruk sitrus, atau minuman ringan tidak mengakibatkan gigi berlubang. Tetapi masakan ini dapat membahayakan email gigi."Asam dapat mengikis lapisan email pelindung gigi dan menciptakan gigi jadi rapuh," jelas Harm. Jika Anda kehilangan lapisan pelindung, maka gigi cenderung lebih gampang rusak.
3. Anak-anak berisiko lebih besar menderita gigi berlubang dibandingkan orang cukup umur
Mitos. Kerusakan gigi pada anak selama 20 tahun terakhir, berdasarkan Harm, telah dapat dikurangi sampai setengahnya dengan derma air yang mengandung fluor beserta perawatan lainnya.
Di sisi lain, jumlah gigi berlubang justru meningkat pada orang dewasa. Peningkatan ini, berdasarkan Harm, dipicu oleh banyak sekali hal termasuk penggunaan obat yang bersifat mengeringkan lisan dengan cara mengurangi air liur. Air liur sangat penting dalam melawan kerusakan gigi dengan cara menetralkan asam, mengeluarkan bakteri, mencegah masakan lengket ke gigi, serta mengandung komponen yang bersifat desinfektan.
4. Aspirin yang ditempatkan di samping gigi akan membantu meredakan sakit gigi
Mitos. Anda dapat meredakan sakit gigi dengan cara menelan aspirin. Aspirin, berdasarkan Harm, bersifat asam dan kalau diletakkan di samping gigi justru akan aben jaringan gusi dan mengakibatkan bengkak."Jadi, jangan melaksanakan hal ini, pastikan menelan aspirin tersebut."
5. Anda akan tahu ketika gigi mulai berlubang
Mitos. Menurut Harm, pernyataan ini hanyalah mitos semata. Kerusakan gigi ringan, jelas dia, tidak mengakibatkan gejala. Rasa sakit yang dirasakan muncul sesudah gigi mengalami kerusakan parah dan mengakibatkan kerusakan saraf. Dan sekali gigi mengalami kerusakan, lanjut harm, gigi tidak akan dapat memperbaiki dirinya sendiri. Gigi berlubang akan terus melebar. Karena itu, pastikan memeriksakan gigi secara teratur.
6. Begitu gigi diobati, maka kerusakan pun akan turut berhenti
Fakta. Menurut Harm, Anda mungkin kembali mengalami kerusakan gigi tetapi di area gigi yang lain. Bagian rusak yang telah diperbaiki dan dirawat dengan cara menggosok dan flossing biasanya tidak akan mengalami kerusakan kembali.
Akan tetapi, materi yang dipakai untuk menutup lubang (filling) dapat saja bertambah bau tanah dan batas perlekatannya dengan gigi menjadi retak. Dan lantaran area tersebut tidak dapat dicapai oleh sikat gigi, maka basil dapat masuk dan kembali memicu kerusakan baru.
7. Ruang di antara gigi mensugesti kemungkinan gigi berlubang
Fakta. Jika ada jarak kecil antara gigi yang satu dengan yang lain dan tidak dapat dibersihkan, maka Anda lebih berisiko mengalami gigi berlubang."Jarak yang lebih besar lebih gampang untuk dibersihkan, dan sepanjang ruang renggang ini bebas bakteri, kemungkinan gigi berlubang pada jarak yang lebar lebih kecil." (OL-08)