Odol Bikin Gigi Afdol

toolsehatku-Belum afdol rasanya menggosok gigi tanpa memakai odol. Sebab, dengan pasta itu, gigi sanggup tampak bersih, putih, kuat, hingga menciptakan napas menjadi segar.



Di pasar, pilihannya sangat beragam, dari rasa mint hingga buah-buahan. Malah satu produsen pasta gigi membikin spesifik produknya untuk gigi sensitif, herbal, putih, dan untuk gigi susu. Banyak kalangan bertanya-tanya. Apakah kandungan dalam odol yang katanya menciptakan gigi cemerlang itu efektif dan betul-betul kondusif dalam jangka waktu yang lama?



Namun, kegamangan akan hal itu tampaknya tidak menimpa presenter layar beling Erwin Parengkuan dalam menentukan odol untuk keluarga. Yang penting, bagi dia, yaitu pasta gigi itu sanggup membersihkan gigi dan menghilangkan plak dengan aman.


Meski yang membeli odol ternyata yaitu sang istri, Jana Parengkuan, beliau yakin mantan pacarnya itu tahu yang terbaik. "Kalau terbukti efektif membersihkan gigi, saya malas ganti-ganti (produk)," ungkapnya seusai tampil menjadi bintang tamu dalam program peluncuran produk pasta gigi di Jakarta beberapa waktu lalu.



Menurut Dr Paulus Januar, drg, MS, dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), masyarakat sebaiknya menentukan pasta gigi yang ukuran partikelnya tidak terlalu kasar, sehingga tidak menciptakan gigi iritasi.



Kemudian kandungan yang ada di dalamnya jangan hingga mengandung racun yang malah merugikan kesehatan si pengguna. Misalnya keracunan fluoride, (fluorosis) yang mengakibatkan gigi menjadi cokelat. "Sampai dikala ini penggunaan fluoride dalam pasta gigi memang masih pro dan kontra," ujar Paulus kepada Tempo, Selasa lalu.



Beberapa literatur menyampaikan bahwa keberadaan fluoride dalam odol sangat dibutuhkan. Kandungan ini diindikasikan sanggup melindungi gigi dengan cara melapisinya biar tahan dari proses pembusukan. Kandungannya juga berperan sebagai imbas detergen--pembersih--bagi gigi. Namun, takaran fluoride dalam odol sangat dibatasi. Standar Nasional Indonesia, ibarat dilansir PDGI online, mensyaratkan kandungan fluoride dalam pasta gigi orang sampaumur yaitu 800-1.500 ppm. Sementara itu, fluoride dalam pasta gigi anak yaitu 500-1.000 ppm.



Menurut Wakil Dekan IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Dr Tri Erri Astoeti, drg, MKes, beberapa studi memang menyampaikan kandungan fluoride itu berbahaya. Jika fluoride dalam badan melebihi kadar semestinya, terang sanggup merugikan kesehatan. Apalagi, tutur Erri, seseorang tidak tahu berapa kadar fluoride yang mengendap dalam badan mereka.



"Kita tidak sanggup mengontrol fluoride dalam air minum dan makanan," ucap Erri seusai menjadi pembicara dalam program peluncuran produk pasta gigi di Jakarta beberapa waktu lalu. Pasta gigi yaitu fluoride topikal, berbeda dengan fluoride yang bersumber dari masakan dan minuman. "Makanya, jangan hingga tertelan, dong, odolnya," ungkapnya mengingatkan.



Dalam pasta gigi juga terkandung zat formalin, yang terkenal beberapa dalam tahun belakangan. Terlepas dari kontroversi yang ada sebelumnya, dokter berjilbab ini menjelaskan bahwa formalin dipakai untuk merawat fungsi semua kandungan dalam odol, sehingga kondisi produk tetap kondusif meski odol telah dibuka. Ketentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan yaitu bila tidak melebihi 0,05 persen komposisi, formalin dalam pasta gigi tak perlu dicantumkan. Asumsinya, formalin dalam pasta gigi hingga sekarang masih dalam ambang batas aman.



Kemudian produsen pasta gigi juga menggandeng bahan-bahan herbal, meski dalam penelitian Inne Suherna Sasmita dan kawan-kawan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Bandung, berjudul Gambaran Efek Pasta Gigi yang Mengandung Herbal terhadap Penurunan Indeks Plak pada 2006 mendapati bahwa materi flora yang ditambahkan ke dalam pasta gigi, ibarat pengecap buaya, jeruk nipis, dan daun sirih, tidak besar lengan berkuasa signifikan terhadap penurunan indeks plak--ketimbang pasta gigi tanpa herbal.



Hal itu disimpulkan Inne setelah mengkaji 30 orang siswa Pesantren Modern Al-Aqsha Jatinangor. Hasilnya, dua kelompok yang memakai odol dengan dan tanpa herbal mempunyai efektivitas yang sama terhadap penurunan indeks plak gigi.



Selanjutnya, studi yang teranyar yaitu pemakaian kandungan mikro kalsium dalam pasta gigi. Produsen pasta gigi yang mencampurkan materi itu mengklaim bahwa mikro kalsium yang melekat pada lapisan plak gigi secara bersiklus melepaskan kalsium, sehingga sanggup meningkatkan kadar kalsium di dalam lisan sekitar 50-100 persen.



Jumlah kalsium dalam lisan yang banyak ini diasumsikan akan membantu absorpsi kalsium lebih baik. Nah, erosi kalsium dikala seseorang mengkonsumsi masakan kariogenik--asam dan gula--dijadikan dasar untuk fungsi mikro kalsium dalam pasta gigi.



Menurut Erri, pada gigi ada mineral, yang di antaranya kalsium, fosfat, dan fluore. Pada dikala terjadi demineralisasi--yaitu dikala gula difermentasi oleh basil dan gigi menjadi asam--mineral itu lepas semua. Kandungan-kandungan penting dalam mineral pergi sementara. Makara harus cepat diganti dengan masakan yang mengandung fluore dan kalsium.



"Nah, kalsium dan fluoride itu sanggup menggantikan kandungan mineral yang hilang. Proses demineralisasi, dijelaskan oleh dokter flamboyan ini, biasanya berlangsung selama 30 menit. "Saat itulah merupakan potensi terbentuknya titik-titik lubang."



Karena itu, para mahir menganjurkan setiap orang eksklusif menyikat gigi setelah makan, supaya lubang-lubang yang berpotensi terbentuk itu jadi tertutup. Jika gigi terbengkalai hingga terbawa tidur selama berjam-jam, sanggup dibayangkan proses keasaman yang terjadi di dalam mulut. Keasaman menjadi tetap dan tidak naik. "Mulut itu PH normalnya yaitu 7. Makin PH-nya turun, maka semakin asam lisan tersebut," Erri menerangkan. Karena itu, hindari masakan tersisa di gigi dikala akan tidur.



Penjelasan dari Erri itu mendorong Erwin mendisiplinkan ketiga buah hatinya untuk selalu menggosok gigi. Dia kerap membopong ketiga anaknya yang berusia 10, 7, dan 3 tahun itu ke wastafel untuk menggosok gigi sebelum tidur. "Yang paling kecil masih sulit diajak," laki-laki kelahiran Manado ini menjelaskan. Selain itu, Erwin mengontrol konsumsi masakan yang mengandung gula bagi mereka. "Saya selalu ajari mereka untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari."



Adapun Erri menyarankan masyarakat untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari, yaitu sehabis makan dan sebelum tidur. "Tidak ada maksimalnya," katanya. Yang lebih penting bukan kuantitasnya, melainkan kualitasnya. Dari laporan Departemen Kesehatan, didapati bahwa masih lebih dari 60 persen penduduk Indonesia salah dalam menyikat gigi. "Baik waktu maupun cara menyikat giginya."



Sebenarnya, selain tiga kandungan di atas, masih ada kandungan lain dalam pasta gigi, yaitu pemutih. Namun, pemutih cuma estetika. Sebab, warna gigi seseorang berbeda-beda, tergantung warna kulit. Orang berkulit putih umumnya bergigi keabu-abuan, kemudian gigi orang berkulit hitam cenderung putih, sedangkan gigi orang berkulit sawo matang biasanya berwarna kuning. Demikian kata Ketua PDGI drg Zaura Rini Matram, ibarat yang pernah dikutip Tempo.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel