Jenis Sumber Air Minum
Senin, 10 Desember 2018
Indonesia yang berada di wilayah iklim tropis hanya mempunyai dua musim, yaitu penghujan dan kemarau. Perubahan animo secara eksklusif berdampak pada jumlah air di perairan. Pada animo penghujan, jumlah air sangat berlimpah.
Pada animo kemarau jumlah air terbatas. Tak jarang, beberapa tempat di wilayah Indonesia mengalami tragedi kekeringan ketika kemarau melanda. Aliran air dipengaruhi juga oleh tata guna lahan di permukaan bumi.
Penggunaan resapan dan penahan air, ibarat sumur resapan, waduk, dan danau yang bisa menahan dan menampung hujan menjadi sangat bermanfaat kala kemarau datang. Dengan begitu, sumur resapan, waduk, dan danau menjadi sasaran utama mendapat air di kala kemarau.
Keberadaan air dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas resapan dan penampung air pada animo penghujan. Dengan menciptakan dan mendayagunakan sumur resapan secara baik dan benar, kebutuhan akan air ketika kemarau dan kekeringan melanda bukan menjadi sebuah persoalan yang berarti.
Secara keseluruhan, air yang terdapat di permukaan bumi membentuk sebuah Iingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur, danau, dan waduk akan menguap menjadi uap air lantaran panas. Titik uap air akan bergerombol membentuk awan.
Kandungan uap air di awan akan terkondensasi menjadi butiran-butiran air hujan. Selanjutnya, hujan membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah dan membentuk mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai menuju lautan. Sikius air tersebut akan berputar terus-menerus.
A. Air laut
Air bahari mempunyai rasa asin lantaran mengandung senyawa garam murni (NaCI) yang cukup tinggi. Menurut beberapa sumber penelitian, kadar garam murni air bahari berkisar 3% jumlah total keseluruhan air laut. Karena rasanya yang asin, untuk menimbulkan air bahari sebagai air minum dibutuhkan sebuah teknologi terapan untuk memfilter sekaligus destilasi (penyulingan) air untuk menghilangkan kadar garam yang tinggi.
Untuk ketika ini, beberapa negara di Timur Tengah (misaInya, Iran) telah membuatkan teknologi filterisasi dan destilasi yang bisa mengubah air bahari menjadi air minum. Untuk membuatkan teknologi filterisasi dan destilasi air bahari dibutuhkan dana yang cukup besar.
Di samping itu, filterisasi dan destilasi air bahari membutuhkan pasokan energi listrik yang besar. Penggunaan destilasi air bahari merupakan langkah tepat dan efisien untuk mengatasi suplai air minum di negara-negara kering, ibarat di Timur Tengah dan Afrika.
Namun, perlu disadari ketika ini perairan bahari ibarat ‘tong sampah’. Hal ini terjadi jawaban ulah insan yang membuang limbah berbahaya di perairan bahari lepas. Selain itu, tidak jarang ribuan barel minyak tertumpah di lautan jawaban kecerobohan manusia, ibarat gesekan maupun kebocoran kapal tanker.
Hal itu terang berdampak jelek pada ekosistem bahari dan kualitas air destilasi yang dihasilkan.
B. Air Hujan
Air hujan merupakan hasil proses penguapan (evaporasi) air di permukaan bumi jawaban pemanasan oleh sinar matahari. Dalam keadaan ideal (tanpa pencemaran air), air hujan merupakan air higienis dan sanggup eksklusif dikonsumsi oleh manusia.
Namun, pada ketika evaporasi berlangsung, air yang menguap sudah tercemar. Selain itu, air hujan yang turun juga ‘tercemar’ oleh polusi udara. Akibatnya, air hujan tidak bersifat netral (pH = 7) lagi, melainkan bersifat asam.
Hujan yang bersifat asam sanggup mengakibatkan korosi (karat) pada benda yang berbahan logam. Selain bersifat asam, air hujan cenderung bersifat sadah lantaran kandungan kalsium dan magnesiumnya cukup tinggi.
Indikasi air sadah (kesadahan) ialah sabun atau deterjen tidak sanggup beraksi dengan air. Akibatnya, sabun atau deterjen tidak berbusa walaupun dilarutkan dengan air. Dengan demikian, air sadah sanggup memboros penggunaan sabun mandi atau sabun cuci. Selain kalsium dan magnesium, air hujan juga mengandung beberapa senyawa dan unsur (mineral), antara lain SO4, CI, NH3, N2, C, dan O2.
C. Air Permukaan
Air permukaan ialah semua air yang terdapat di permukaan tanah, antara lain sumur, sungai, rawa, dan danau. Air permukaan berasal dan air hujan yang meresap dan membentuk mata air di gunung atau hutan, kemudian mengalir di permukaan bumi dan membentuk sungai atau mengumpul di tempat cekung yang membentuk danau ataupun rawa.
Pada umumnya, air permukaan tampak kotor dan berwarna (tidak bening). Hal itu terjadi jawaban kotoran, pasir, dan lumpur yang ikut terbawa (hanyut) oleh fatwa air.
Air permukaan banyak dipakai untuk banyak sekali kepentingan, antara lain untuk diminum, kebutuhan rumah tangga, irigasi, pembangkit listrik, industri, dan sebagainya.
Agar sanggup diminum, air permukaan harus diolah terlebih dahulu, mencakup pengolahan fisika, kimia, dan biologi. Air permukaan dibagi menjadi dua, yaitu air sungai dan air danau atau rawa.
a. Air Sungai
Air sungai berasal dan mata air dan air hujan yang mengalir pada permukaan tanah. Secara fisik, air sungai terlihat berwarna cokelat dengan tingkat kekeruhan yang tinggi lantaran bercampur dengan pasir, lumpur, kayu, dan kotoran lainnya.
Kualitas air sungai juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar fatwa sungai. Secara umum, kualitas air sungai di tempat hulir (muara) lebih rendah dibandingkan di tempat hulu (mata air). Hal ini terjadi jawaban limbah industri dan rumah tangga yang dibuang eksklusif ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu terkumpul di muara sungai.
Akibatnya, secara kualitas fisika, kimia, maupun biologi, air di tempat muara sungai sangat rendah dan tidak layak dijadikan materi baku air minum.
b. Air Danau atau Rawa
Air danau atau rawa merupakan air permukaan yang mengumpul pada cekungan permukaan tanah. Permukaan air danau biasanya berwarna hijau kebiruan. Warna ini disebabkan oleh banyaknya lumut yang tumbuh di permukaan air maupun di dasar danau atau rawa.
Selain lumut, warna pada air danau juga dipengaruhi oleh materi organik (kayu, daun, dan materi organik lainnya) yang membusuk jawaban proses dekomposisi oleh mikroorganisme di da lam air.
Akibat proses pembusukan tersebut, air danau mempunyai kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) yang relatif tinggi. Kebanyakan, air danau mempunyai kualitas yang lebih baik daripada air sungai. Hal tersebut disebabkan tingkat pencemaran di danau relatif lebih kecil dibandingkan di fatwa sungai.
D. Air Tanah
Menurut definisi Undang-undang Sumber Daya Air, air tanah merupakan air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah.
Dalam proses penyerapan tersebut, air tanah mengalami penya ringan (filtrasi) oleh lapisan-lapisan tanah. Air tanah lebih jernih dibandingkan air permukaan. Air tanah mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi.
Sifat dan kandungan mineral air tanah dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilaluinya. Kandungan mineral air tanah antara lain Na, Mg, Ca, Fe, dan O2.
Kondisi tanah yang berkapur mengakibatkan tingkat kesadahan air tanahnya relatif tinggi (keras). Air tanah di tempat berkapur mengandung ion-ion Ca2 dan Mg2 dalam jumlah yang cukup besar. Kondisi tanah yang mengandung kerikil granit, air tanahnya mempunyai derajat kesadahan yang rendah (lunak) lantaran mengandung unsur (mineral) CO2 dan Mn(HCO3).
Air tanah digolongkan menjadi tiga, yaitu air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air. Golongan tersebut berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan mineral yang terkandung di air tanah.
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman kurang lebih 15 meter di bawah permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung pada kedalaman ini cukup terbatas. Biasanya hanya dipakai untuk keperluan rumah tangga, ibarat minum, mandi, dan mencuci. Penggunaan air tanah dangkal berupa sumur berdinding semen maupun sumur bor.
Secara fisik, air tanah terlihat jernih dan tidak berwarna (bening) dikarenakan telah mengalami proses filtrasi oleh lapisan tanah. Kualitas air tanah dangkal cukup baik dan layak dipakai sebagai materi baku air minum. Kuantitas air tanah dangkal dipengaruhi oleh musim. Pada ketika animo hujan, jumlah air tanah dangkal berlimpah, tetapi jumlahnya terbatas ketika animo kemarau.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat pada kedalaman 100-300 meter di bawah permukaan tanah. Air tanah dalam berwarna jernih dan sangat baik dipakai sebagai air minum dikarenakan telah mengalami proses penyaringan berulang-ulang oleh lapisan tanah.
Air tanah dalam mempunyai kualitas yang Iebih baik daripada air tanah dangkal. Hal ini disebabkan proses filtrasi air tanah dalam lebih panjang, lama, dan tepat dibandingkan air tanah dangkal.
Kuantitas air tanah dalam cukup besar dan tidak terlalu dipengaruhi oleh musim, sehingga air tanah dalam sanggup dipakai untuk kepentingan industri dan sanggup dipakai dalam jangka waktu yang cukup lama.
c. Mata air
Mata air ialah air tanah yang keluar eksklusif dan permukaan tanah. Mata air biasanya terdapat pada lereng gunung, sanggup berupa rembesan (mata air rembesan) dan ada juga yang keluar di tempat dataran rendah (mata air ‘umbul’).
Mata air mempunyai kualitas air hampir sama dengan kualitas air tanah dalam dan sangat baik untuk air minum. Selain untuk air minum, mata air sanggup dipakai untuk keperluan lainnya, ibarat mandi dan mencuci. Kuantitas air yang dihasilkan oleh mata air cukup banyak dan tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga sanggup dipakai untuk kepentingan umum dalam jangka waktu lama.